Senin, 25 Agustus 2008

Profil PPKS, Tanaman Kelapa Sawit, Produksi dan Pabrik

PPKS SUMATRA



Profil
Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) merupakan lembaga penelitian yang berdedikasi khusus pada kelapa sawit. Penelitian yang dilakukan PPKS mencakup aspek kultur teknis, pengolahan minyak, permesinan dan sosial ekonomi. PPKS juga secara aktif memberikan layanan teknis pada industri kelapa sawit. Meskipun PPKS adalah lembaga nir laba, PPKS menempatkan diri sebagai bagian dari bisnis sehingga penelitian-penelitiannya berorientasi pada bisnis, baik yang berskala kecil maupun besar.

Pakar
Sebagai lembaga penelitian, PPKS didukung oleh 15 orang Doktor, 12 Magister dan 34 orang sarjana dengan berbagai spesialisasi. Para peneliti membentuk kelompok-kelompok peneliti (kelti) yaitu kelti Pemuliaan Tanaman, kelti Bioteknologi Tanaman, kelti Tanah dan Agronomi, kelti Proteksi Tanaman, kelti Enjinering dan Lingkungan, kelti Pengolahan Hasil dan Mutu dan kelti Sosial Ekonomi.

Reputasi PPKS

Dari sekitar 364 juta tanaman kelapa sawit yang ada di Indonesia, 80% berasal dari hasil penelitian PPKS, PPKS saat ini memberikan jasa rekomendasi pemupukan bagi 350 ribu hektar kebun kelapa sawit dan memberikan jasa studi kelaikan pembangunan kebun bagi 30% kebun yang dibangun pada era 1990 - 1999. PPKS memiliki laboratorium kultur jaringan yang terbesar di dunia





Produk Penelitian PPKS

Bahan Tanaman Unggul
Proteksi Tanaman Secara Hayati
364 juta tanaman kelapa sawit unggul hasil penelitian PPKS telah ditanam di seluruh Indonesia. Saat ini, PPKS menyediakan 9 pilihan varietas bahan tanaman kelapa sawit unggul yang dapat disesuaikan dengan kondisi dan jenis lahan.
Program proteksi tanaman sudah berhasil mengisolasi musuh alami Ganoderma boninense jamur yang menyebabkan penyakit membusuk secara mendasar. Jamur tidaklah hanya untuk tujuan pencegahan tetapi juga menyembuhkan pada tahap infeksi tertentu. Penelitian pada bidang ini telah mengenali jamur Cordyceps aff militaris, virus b Nudaurelia merupakan musuh alami ulat bulu.

Produk Pangan dan Non-Pangan

Engineering
PPKS telah menghasilkan teknologi pembuatan minyak makan kaya vitamin A, diperkaya omega-3, baking dan frying shortening, pelumas, biodesel, biolilin dan bioemolien dari minyak sawit.
PPKS telah menciptakan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (P K S) dan Pabrik minyak goreng supermini, mesin pengempa Tandan Kelapa Sawit (TKS) untuk bahan baku kertas, mesin pengurai serta, mesin perajang TKS, reaktor pengolah limbah cair.

Pemanfaatan Limbah
Teknologi pembuatan kertas dari pulp TKS, pemanfaatan serat untuk polypot, papan partikel, serat berlateks, teknologi pembuatan arang dari cangkang dan TKS, pengurai serat TKS, reaktor pengolah limbah cair, kompos dari TKS dan beberapa produk lainnya.

Produk Pelayanan PPKS
Jasa Kepakaran
Jasa Pelatihan
PPKS memberikan jasa layanan rekomendasi pemupukan, supervisi teknis kebun, pabrik, dan jasa studi kelaikan. PPKS memberikan rekomendasi bagi 400 ribu hektar kebun kelapa sawit dan pada 1990 - 1999 melakukan kajian kelaikan untuk 400 ribu hektar. PPKS juga memberikan masukan bagi kebijakan pengembangan industri kelapa sawit di pemerintah provinsi Sumatera Utara, Jambi, Riau, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Papua serta pemerintah pusat.
PPKS menyediakan jasa pelatihan dalam segala aspek termasuk perkebunan, industri pengolahan, industri hilir dan keuangan. Pelatihan diberikan oleh peneliti yang qualified dan berpengalaman.Pelatihan dapat dilakukan di PPKS, maupun di perusahaan yang memerlukan. Pelatihan dilakukan secara teori di kelas dan praktek di lapang. PPKS telah berpengalaman melakukan pelatihan bagi pekebun kecil (rakyat), petugas perkebunan besar BUMN dan swasta, petugas di PKS, dan lembaga perbankan.
Jasa Analisis Laboratorium
Jasa Penyediaan Tanaman
PPKS menjual jasa analisis laboratorium untuk sertifikasi mutu minyak, pupuk, limbah cair, tanah, air, bahan penyegar dan pestisida. Laboratorium PPKS dilengkapi dengan peralatan modern dan tenaga yang terampil.
PPKS memiliki 7.000 pohon induk hasil kegiatan pemuliaan. Pohon induk PPKS mampu menghasilkan 50 juta kecambah sawit per tahun apabila seluruhnya diaktifkan. Harga kecambah PPKS bersaing dan penjualannya disertai dengan layanan supervisi teknis pembibitan cuma-cuma bagi pembeli lebih dari 100 ribu kecambah.
Kerjasama Penelitian
PPKS menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga di dalam dan di luar negeri, seperti universitas, PTP Nusantara, dan PT Perkebunan Swasta, BIOTROP, lembaga penelitian lain di bawah LRPI atau Badan Litbang Pertanian, PT. Indofood, ISOPB (International Society of Oil Palm Breeders), ISOPA (International Society of Oil Palm Agronomist), CIRAD (Perancis), Unilever (Inggris), Universitas Gottingen (Jerman) dan Australia untuk penelitian gulma. PPKS membuka diri untuk bekerjasama dengan semua pihak demi kemajuan industri kelapa sawit Indonesia.


Evaluasi Lahan

Tahap awal dari pembukaan perkebunan kelapa sawit adalah melakukan evaluasi lahan. Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan terhadap satuan lahan yang telah ditetapkan berdasarkan hasil survei tanah. Evaluasi kesesuaian lahan didahului oleh kegiatan survei dan pemetaan tanah untuk mendeskripsikan satuan-satuan lahan. Evaluasi kesesuaian lahan didasarkan pada penilaian beberapa karakteristik lahan yang disesuaikan dengan syarat tumbuh tanaman kelapa sawit.

Pembangunan kebun kelapa sawit yang tidak didahului dengan evaluasi kesesuaian lahan akan menimbulkan banyak masalah pada waktu mendatang, khususnya yang berkaitan dengan kultur teknis, sehingga akan meningkatkan biaya pengelolaan kebun. Apabila evaluasi kesesuaian lahan dilakukan, maka berbagai faktor pembatas lahan dapat diatasi secara dini.

Hasil evaluasi kesesuaian lahan bermanfaat dalam pengelolaan kebun kelapa sawit, khususnya untuk mencapai produktivitas tanaman sesuai dengan potensi lahannya.
Pengendalian Hama Tikus dengan Burung Hantu

Burung hantu (Tyto alba) merupakan predator tikus yang sangat potensial pada perkebunan kelapa sawit. Predator ini mampu menurunkan serangan tikus pada tanaman muda hingga di bawah 5%. Sementara itu, ambang kritis serangan tikus di perkebunan kelapa sawit sebesar 10%.

Burung hantu mampu bertelur 2-3 kali dalam setahun, kemudian menjadi dewasa setelah berumur 8 bulan. Telur yang dihasilkan bervariasi antara 4–19 butir, bergantung pada ketersediaan makanan. Seekor burung hantu mampu memangsa tikus 2–5 ekor sehari.
Pada umumnya penanggulangan serangan tikus di perkebunan kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan racun tikus (rodentisida). Namun cara ini dapat menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan dan dianggap tidak ekonomis.

Penggunaan burung hantu sebagai musuh alami merupakan satu alternatif penanggulangan hama tikus di perkebunan kelapa sawit yang sangat efektif dan efisien. Biaya pengendalian serangan tikus dengan burung hantu hanya berkisar 50% dibandingkan penanggulangan tikus secara kimiawi.

Pengendalian Hayati Ulat Api Menggunakan Entomopatogenik

Pengendalian hayati ulat api Setothosea asigna pada kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan mikroorganisme entomopatogenik, yaitu virus ß Nudaurelia, multi plenucleo-polyhedrovirus (MNPV), dan jamur Cordyceps aff. militaris.

Mikroorganisme entomopatogenik tersebut merupakan sarana pengendalian hayati yang efektif, efisien, dan aman terhadap lingkungan. Virus ß Nudaurelia dan MNPV efektif mengendalikan ulat, sedangkan jamur Cordyceps aff. militaris efektif untuk kepompong hama tersebut.

Pemanfaatan mikroorganisme entomopatogenik dapat mengurangi atau bahkan menggantikan insektisida kimia sintetis (semua jenis insektisida golongan piretroid sintetis, misalnya Decis 2,5 DC dan Matador 25 EC) dalam pengendalian ulat api di perkebunan kelapa sawit. Penggunaan insektisida kimia sintetis selama ini justru seringkali menyebabkan dampak negatif bagi lingkungan, sehingga permasalahan hama menjadi lebih rumit, seperti munculnya resistensi dan resurgensi hama.

Pengendalian ulat api menggunakan bahan alami terbukti lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan menggunakan insektisida kimia sintetis, dengan biaya pengendalian hanya 7% dari biaya pengendalian secara kimiawi.

Feromon untuk Pengendalian Kumbang Tanduk

Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) umumnya menyerang tanaman kelapa sawit muda dan dapat menurunkan produksi tandan buah segar (TBS) pada tahun pertama menghasilkan hingga 69%. Di samping itu, kumbang tanduk juga mematikan tanaman muda sampai 25%.
*
Penggunaan feromon sebagai insektisida alami sangat efektif, ramah lingkungan, dan lebih murah dibandingkan teknik pengendalian konvensional. Feromon merupakan bahan yang mengantarkan serangga pada pasangan seksualnya, mangsanya, tanaman inang, dan tempat berkembang biaknya. Komponen utama feromon sintetis kumbang tanduk adalah etil-4 metil oktanoat. Feromon tersebut dikemas dalam kantong plastik.
*
Biaya pemanfaatan feromon hanya 20% dari biaya aplikasi insektisida dan pengutipan kumbang secara manual. Hal itu disebabkan harga feromon yang murah dan cara aplikasi di lapangan tidak banyak membutuhkan tenaga kerja. Harga satu sachet feromon sebesar Rp75.000.

Biofungisida Marfu Pengendali Jamur Ganoderma boninense

* Penyebab busuk pangkal batang (BPB) pada tanaman kelapa sawit adalah Ganoderma boninense yang merupakan jamur tanah hutan hujan tropis. Jamur G. boninense bersifat saprofit (dapat hidup pada sisa tanaman) dan akan berubah menjadi patogenik apabila bertemu dengan akar tanaman kelapa sawit yang tumbuh di dekatnya. Serangan BPB dapat terjadi sejak bibit sampai tanaman tua, tetapi gejala penyakit biasanya baru terlihat setelah bibit ditanam di lapangan.


* Busuk pangkal batang pada tanaman kelapa sawit dapat dikendalikan dengan menggunakan biofungisida Marfu-P. Hasil uji aplikasi Marfu-P menunjukkan bahwa satu bulan setelah perlakuan masih dijumpai adanya Ganoderma dan Trichoderma pada potongan akar yang sama. Ganoderma pada akar kelapa sawit dan pada potongan akar karet sudah melapuk setelah 3 bulan perlakuan Trichoderma
Bahan aktif yang digunakan untuk biofungisida Marfu-P adalah sporakonidia dan klamidospora jamur Trichoderma koningii (isolat MR 14). Harga biofungisida Marfu-P hanya sebesar Rp4.000/kg.

* Biofungisida Marfu-P banyak digunakan oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit milik negara dan swasta. Manfaat yang diperoleh dengan adanya aplikasi biofungisida Marfu-P adalah pengendalian BPB bersifat ramah lingkungan, sehingga bahaya pencemaran lingkungan oleh insektisida kimiawi dapat dihindari.

Tanaman kelapa sawit yang terserang busuk pangkal (Ganodermaboninense) (a), Tanaman kelapa sawit yang teraplikasi denganbiofungisida Marfu-P selama 6 bulan (b).
Aplikasi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit pada Perkebunan Kelapa Sawit * Limbah cair pabrik kelapa sawit dapat digunakan sebagai pupuk. Aplikasi limbah cair memiliki keuntungan antara lain dapat mengurangi biaya pengolahan limbah cair dan sekaligus berfungsi sebagai sumber hara bagi tanaman kelapa sawit.

Kolam anaerobik primer
Pengaliran limbah cair PKS dengan sistem flatbed
Parit sekunder pada aplikasi limbah cair sistem flatbed




* Kualifikasi
limbah cair yang digunakan mempunyai kandungan BOD 3.500–5.000 mg/l yang berasal dari kolam anaerobik primer.


* Metode aplikasi limbah cair yang umum digunakan adalah sistem flatbed, yaitu dengan mengalirkan limbah melalui pipa ke bak-bak distribusi dan selanjutnya ke parit primer dan sekunder (flatbed). Ukuran flatbed adalah 2,5 m x 1,5 m x 0,25 m. Dosis pengaliran limbah cair adalah 12,6 mm ekuivalen curah hujan (ECH)/ha/bulan atau 126 m3/ha/bulan.

* Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36, 3,0 kg MOP, dan 1,2 kg kieserit. Pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton/jam akan menghasilkan sekitar 480 m3 limbah cair per hari, sehingga areal yang dapat diaplikasi sekitar 100-120 ha.

* Pembangunan instalasi aplikasi limbah cair membutuhkan biaya yang relatif mahal. Namun investasi ini diikuti dengan peningkatan produksi TBS dan penghematan biaya pupuk sehingga penerimaan juga meningkat. Aplikasi limbah cair 12,6 mm ECH/ha/bulan dapat menghemat biaya pemupukan hingga 46%/ha. Di samping itu, aplikasi limbah cair juga akan mengurangi biaya pengolahan limbah.
* Limbah cair pabrik kelapa sawit telah banyak digunakan di perkebunan kelapa sawit baik perkebunan negara maupun perkebunan swasta. Penggunaan limbah cair mampu meningkatkan produksi TBS 16-60%. Limbah cair tidak menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap kualitas air tanah di sekitar areal aplikasinya. Pabrik Kelapa Sawit Mini

* Pabrik kelapa sawit (PKS) mini merupakan salah satu teknologi alternatif pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas 0,5-1 ton TBS/jam. PKS mini dirancang khusus untuk perkebunan kelapa sawit dengan luas 160-300 ha. PKS mini sangat mudah dioperasikan, hanya memerlukan tenaga kerja 6 orang/shift, menggunakan limbah sawit sebagai bahan bakar, dan hanya memerlukan lahan 2.500 m2.
PKS M-1000 terdiri atas delapan unit peralatan pengolahan, yaitu satu unit boiler yang mampu menghasilkan 600 kg uap/jam dengan tekanan 3 kg/cm, dua unit steriliser, satu unit thresher dengankapasitas 1.000 kg TBS/jam, satu unit double screw press mini, satu unit tangki klarifikasi dengan kapasitas 1.200 liter, satu unit tangki penampung minyak, satu unit deperikarper dengan kapasitas 200 kg biji+serat/jam, serta satu unit nut cracker dengan kapasitas 500 kg biji/jam.

* Dengan biaya investasi PKS M-1000 sebesar Rp1,5 miliar, biaya pengolahan TBS menjadi crude palm oil (CPO) adalah Rp368,23/kg TBS dengan asumsi harga CPO Rp3.150/kg, inti Rp1.675/kg dan harga beli TBS Rp567,4/kg. PKS Mi-1000 secara ekonomis layak diusahakan dengan parameter ekonomi sebagai berikut: IRR= 24,78%; B/C= 1,18; NPV= Rp708.305.000; payback period= 3 tahun.

* Sasaran pengembangan PKS M-1000 adalah kelompok pekebun kecil kelapa sawit swadana, usaha perkebunan besar skala kecil, dan usaha perkebunan skala menengah yang ongkos angkut TBS ke PKS lebih dari Rp75/kg TBS.

* Manfaat yang diperoleh petani kelapa sawit dengan adanya PKS M-1000 adalah petani lebih mudah melakukan pemasaran TBS, harga TBS yang dihasilkan petani menjadi bersaing sehingga pendapatanpetani bertambah. Selain itu, tandang kosong sawit (TKS) yang merupakan limbah padat PKS dapat dimanfaatkan sebagai bahan organik.
Unit pengolahan pabrik kelapa sawit mini:
boiler (a), sterilizer (b)

thresher (c), screw press (d)

clarificationtank (e)

digester (f), fruit elevator (g)

ripple mill (h),

brating screen (i),

tangki penampungan (j)







Palm Baking Shortening
* Shortening dari fraksi minyak sawit merupakan suatu formula yang mempunyai karakteristik mirip dengan produk shortening komersial Shortening dari minyak sawit (a), dan aplikasi shortening pada roti dan kue (b) yang dibuat dengan bahan baku minyak kedelai dan minyak biji kapas yang terhidrogenasi parsial, dan forula lain yang mempunyai karakteristik mirip dengan shortening yang dibuat dari lemak hewani. Teknik pendekatan formulasi dilakukan berdasarkan sifat fisika dan kimia produk komersial yang digunakan sebagai acuan.





* Produk shortening yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) tanpa melalui proses hidrogenasi, sehingga bebas dari lemak trans yang dapat memicu terjadinya penyakit kanker (karsinogenik). Produk juga tidak menggunakan campuran bahan baku lemak hewani sehingga bebas dari kolesterol.





* Palm baking shortening dari minyak sawit dapat memberikan alternatif baru bagi produsen shortening dalam memilih bahan baku. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan permintaan minyak sawit untuk industri shortening dalam dan luar negeri.

Shortening dari minyak sawit (a), dan aplikasi shortening pada roti dan kue (b)

Minyak Makan Merah
* Minyak makan merah adalah minyak alami hasil pengolahan lanjut CPO, tanpa pewarna dan tanpa pengawet buatan. Minyak makan merah kaya akan karoten (± 440 ppm) dan vitamin E (± 500 ppm) yang sangat esensial untuk kesehatan, yaitu sebagai sistem kekebalan tubuh, antioksidasi, penundaan penuaan, dan pencegahan kanker.
Minyak makan merah(a), dan aplikasi minyakmakan merah pada produk margarin (b)





* Teknologi proses minyak makan merah yang dikembangkan oleh PPKS tanpa menggunakan bahan kimia berbahaya, sehingga aman dikonsumsi dan mudah dikembangkan pada skala industri kecil. Minyak makan merah dapat diaplikasikan pada minyak salad dan bahan nutrifikan pangan (margarin, mi instan, selai kacang).


* Harga minyak makan merah di Malaysia berkisar RM10/liter setara dengan Rp25.000/liter. Biaya produksi minyak makan merah yang dikembangkan PPKS sekitar Rp5.000/liter

Minyak makan merah dapat digunakan sebagai sumber vitamin A dan E.. Tingkat konsumsi minyak di Indonesia per kapita per tahun adalah 15 kg atau setara dengan 41 g/hari. Kebutuhan vitamin A untuk orang dewasa sekitar 800-1.000 RE (retinol equivalent). Dengan demikian, mengkonsumsi minyak makan merah 12 g/hari atau 29,2% dari konsumsi minyak per hari, sudah dapat memenuhi kebutuhan vitamin A untuk orang dewasa.









Kompos dari Tandan Kosong Kelapa Sawit





* Teknologi produksi kompos dari tandan kosong sawit (TKS) merupakan satu teknologi pengolahan limbah yang sekaligus dapat mengatasi masalah limbah padat dan limbah cair di PKS. Penerapan teknologi ini memungkinkan PKS untuk menerapkan konsep zero waste yang berarti tidak ada lagi limbah padat dan cair yang dibuang.





* Proses pengomposan TKS dimulai dengan pencacahan TKS dengan mesin pencacah. TKS yang telah dicacah ditumpuk di atas lantai semen pada udara terbuka atau di bawah atap. Tumpukan dibalik 3- 5 kali seminggu dengan mesin pembalik BAKHUS dan disiram dengan limbah cair PKS. Pada akhir pengomposan yang berlangsung selama 6-8 minggu, kompos diayak dan dikemas.



Proses pembalikan kompos tandan kosong sawit (a) dan kompos
tandan kosong sawit kering (b).

* Total biaya investasi produksi kompos dari TKS berkisar Rp4 miliar untuk PKS dengan kapasita 30 ton TBS/jam. Dengan asumsi produksi kompos per hari 60 ton, maka biaya produksi kompos adalah Rp150/kg. Dengan harga jal kompos bulk Rp400/kg, keuntungan langsung yang diperoleh sebesar Rp366/kg atau sekitar Rp2,28 miliar/tahun sebelum pajak

Kamis, 21 Agustus 2008

Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia, namun proyeksi ke depan memperkirakan bahwa pada tahun 2009 Indonesia akan menempati posisi pertama.
Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi
Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.
Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.
Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.
Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan.
Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.
Buah terdiri dari tiga lapisan:
Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
Mesoskarp, serabut buah
Endoskarp, cangkang pelindung inti
Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.
Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).

[sunting] Syarat hidup
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memperngaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.

[sunting] Tipe kelapa sawit
Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi *Dura,
Pisifera, dan
Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging per buahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28%.
Untuk pembibitan massal, digunakan teknik kultur jaringan.

[sunting] Hasil tanaman
Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minyak kelapa sawit mentah yang diolah menjadi bahan baku minyak goreng dan berbagai jenis turunannya. Kelebihan minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, rendah kolesterol, dan memiliki kandungan karoten tinggi. Minyak sawit juga diolah menjadi bahan baku margarin.
Minyak inti menjadi bahan baku minyak alkohol dan industri kosmetika. Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Ampas yang disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.
Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90°C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur.
Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makanan ternak dan difermentasikan menjadi kompos.

[sunting] Sejarah perkebunan kelapa sawit
Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam di Kebun Raya Bogor, sementara sisa benihnya ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di Deli, Sumatera Utara pada tahun 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abad ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".
Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang Belgia, yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat (terkenal sebagai AVROS), Sumatera Utara dan di Rantau Panjang, Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1911.
Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940.[1]
Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya (lalu Malaysia).
Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.
Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika